Sabtu, 19 Februari 2011

Ai ni Kiseki (Miracle of Love)

I believe the fantasy of what might be you and me,
written across the stars in the sky,
something like a miracle,
whether it be real or make me believe,
I cherish the emotion,
I could never feel,
how a love so divine has taken me,
over my mind

Not a moment in time,
precious as this moment with you,
the love we have is more than a miracle,
everyday of my life,
is carefully entwined with you,
you, more than a miracle

You’ve taken my heart away to a wonderland,
you hold me in your arms... ever so tenderly,
I’ll wishper words so true,
it’s a thrill I can’t deny,
how you touch me deep inside,
I feel your love,
in every single day,
and every single way,
you’re all I desire

And as the days go by,
I’ll show just how much I love you so,
you’ll be here always in my heart,
around your way is where I’ll be,
to share my love so constantly,
each time I smile is all because of you,
and you know it’s true
~ devia widhianingsih ~

Jumat, 18 Februari 2011

Ichi (Satu)

Telah lama kutunggu, menantimu di sini,
aku akui, aku takkan pantas dapatkanmu,
khayalanku membuatku terbuai dalam angan-angan sesaat,
tapi... aku terbangun dari tidurku, tuk menyadari tanpa kehadiranmu,
suatu angan, mimpi, khayalan yang membuatku berharap dapatkanmu,
membuatku terjebak dalam angan-angan cinta yang tak mungkin,
ku harap anganku melayang dengan sayap kecil yang menyerupai “iblis”,
karena,
cinta itu pahit adanya, bila kita salah menebak,
kadang cinta itu manis, bila kita tidak terjerumus dalam angan-angan tinggi,
yang membuatnya kecut, pahit, asam dan tak sempurna

Butuh satu detik untuk melihatmu,
butuh satu menit untuk menatapmu,
butuh satu jam untuk mengenalmu,
butuh satu hari untuk menyayangimu,
tapi... butuh satu nyawa untuk melupakanmu
~ tessa charla vyona ~

Minggu, 13 Februari 2011

Funsai (Shattered)

Hancurnya diriku,
jatuhnya rasaku,
hilang mungkin harapku,
pupus barangkali anganku,
saat ku tahu kau buka kotak perhiasan terindah,
yang telah lama anggapku,
kau tutup dengan sadarmu

Ku tahu mungkin,
bukanku yang kau pilih untuk kau bagi hati,
namun hanya dengan melihatmu,
ku tentram, ku bahagia,
jangan kau tanya mengapa,
aku pun tak punya jawabannya

Saat itu,
saat kau mulai menjaga mahkotamu,
dengan beberapa helai kapas,
betapa ku tak bisa menolak lompatan kegembiraan,
karena ku selalu begitu,
tiap kali ada makhluk indah sepertimu,
yang sepertimu

Sirna ku dalam kesedihan,
lenyap ku dalam kegalauan,
namun apa yang dapat ku kata,
apa yang bisa ku buat,
aku tahu kau,
kau tak mudah mengubah hati,
hatimu pun tak mudah diubah,
ku hanya pasrah

Ku pikir ku bisa terima,
namun yang terjadi,
saat ku melihatmu,
tak sanggup ku menatapmu,
meski dari jauh,
tak seperti biasanya,
aku tak mengenalimu
tak pun mengenalmu

Maaf aku tak mau membahas ini,
tidak denganmu,
tidak dengan siapa pun,
karena ku tak ingin pikiran burukku tentangmu,
membayang kembali,
merasuk ke dalam benakku,
cukuplah ini menjadi guratan tinta di masa lalu,
yang di kemudian hari,
tawa kecil tertembak dari bibirku saat ku temukan kembali guratan ini

Ku hanya berharap,
s’lalu yang terbaik untukmu,
dan ku,
tetap jadi yang terbaik untukmu
~ameth~

Rabu, 09 Februari 2011

Ame no Naka (In the Rain)

Ingin ku berjalan dalam hujan,
membiarkan luka-lukaku terbasuh,
dan kubiarkan malam menyelimuti rasaku dengan kehangatannya

Hujan,
sampaikan salamku kepadanya,
katakan,
jauhnya perjalananmu tak sebanding dengan kisahku bersamanya,
ku merindukannya, seperti orang-orang menginginkanmu di musim kering

Titik-titik air di telpon genggamku,
mengingatkanku pada masa itu,
masa di mana kau menahannya untukku

Melodi romantis yang kau ciptakan,
wakili perasaanku kepadanya,
tulus... jujur... kuat

Di sekitarku,
sepasang insan tak kukenal,
berjalan di bawah payung perak yang bersinar,
memantulkan sinar lampu pinggir jalan yang tertata,
seorang wanita pengendara sepeda,
mengayuh pedal sepedanya,
dengan laju angular yang cukup besar,
seekor kucing gemuk menggeliat di bawah kakiku,
sepertinya merasakan hawa malam menemukan celah ke dalam tubuhnya,
melihat semua itu,
senyumku mengembang... tawar

Aku mulai melangkah,
maju, lari, berhenti,
meninggalkan ruang waktu

Hingga kini ku di sini,
menatap langit, sepi...
~ ameth ~

Selasa, 11 Januari 2011

Night

[10 Januari 2011 20.55]
Malam yang tenang. Langit berawan yang dihiasi bulan dengan senyumnya yang membuat otot di rahangku menarik sebuah senyuman yang tulus. Dan sebuah bintang yang menemani sang ratu malam, menambah lebar senyumku. Angin malam membisikkan sesuatu dengan bahasanya melalui telingaku yang dingin karena temperatur udaranya yang di bawah suhu kamar.

“Tenangkan dirimu malam ini. Tak usah kau hiraukan problema yang menemuimu hari ini, kemarin, dua hari yang lalu, dan seterusnya di waktu yang lalu. Biarkan malam mengunci mereka dengan kegelapannya. Hari ini hanya untuk kau dan Tuhan. Allah. Berikanlah semua alat tulis kehidupanmu kepada-Nya. Biarkan Ia menghapus hal-hal yang tak kau inginkan dan menggantinya dengan hal-hal yang terbaik untuk kehidupanmu esok, lusa, dua hari yang akan datang, dan seterusnya di masa depanmu.”

[11 Januari 2011 00.00]
Malam semakin larut. Gumpalan awan semakin jelas memutih. Kontras dengan warna langit. Sang ratu malam kini ditemani oleh puluhan, ratusan, ribuan, jutaan, milyaran, trilyunan bintang di luar sana. Ia telah menemukan dunianya. Tidak. Memang seperti itulah dunianya. Dan akan selalu seperti itu. Tiap malam. Tiap hari. Tiap minggu. Tiap bulan. Tiap tahun.

Hanya aku di sini. Sendiri. Tidak. Kita tidak pernah benar-benar sendirian.* Aku yakin itu. Aku terenyuh kata-kata angin malam. Ya. Di saat kita merasa sendiri, kita tidak sendiri. Tuhan PASTI ada untuk menemani. Walau semua orang pergi menjauhi. Tuhan ADA dekat sekali. Ketika dunia berpaling. ALLAH HADIR. Banyak orang yang terlalu sibuk dengan dunianya, sehingga lupa akan hal itu. Mereka khilaf. Lupa. Mereka tahu. Tapi lupa.

Tuhan membuktikannya malam ini. Tentu malam-malam yang lalu. Pasti malam-malam yang akan datang.

Kicauan makhluk-Nya menghidupkan waktu. Jangkrik. Ya. Tuhan mengutus mereka agar aku tidak merasa kesepian. Di luar sana, mereka saling bersahutan. Seolah itulah cara mereka berkomunikasi. Berinteraksi. Satu sama lain. Dentuman makhluk-Nya yang lain kerap menggema di udara malam yang nyaris tak bergerak. Beku. Bisu. Dari jauh, suara tokek itu terdengar seperti memanggil. Memanggil temannya tentunya. Bukan aku. Tetes demi tetes air jatuh. Terjun dari pipa kamar mandiku yang sedikit bocor. Ember tujuannya. Mereka menemani tiap malamku.

[11 Januari 2011 00.18]
Serentak tatapan mataku jatuh di sebuah gambar grayscale dengan shade merah muda berframe cokelat tua, diikuti mata yang lain. Sepasang insan bumi yang sangat berarti dalam hidupku. Seorang cucu Adam yang tiap hari mencarikanku, ibuku, dan kedua adikku dua-tiga suap nasi, pergi pagi pulang malam, demi menghidupi kami. Seorang cucu Hawa yang dengan jaminan nyawanya melahirkanku ke dunia yang fana ini, yang menyusuiku, menggendongku, mengganti popokku, meninabobokanku, menuntunku, membangunkanku, memarahiku, membelaku, rela terjaga untukku, ikhlas mengasuhku, menyayangiku.

#now playing: potret - bunda#

Tanpa mereka, tidak ada aku. Aku bahkan tidak tahu apakah aku akan tetap terlahir ke sini. Tidak ada di antara kalian yang tahu. Tidak juga aku.

Aku sayang ibu dan ayahku.

[11 Januari 2011 00.39]
Kembali ku tersenyum. Aku teringat pesan seseorang yang melarangku untuk tidur terlalu larut. Aku tersentak. Aku belum shalat isya.

[11 Januari 2010 00.59]
Check facebook. Go to sleep. Nice sleep everyone..

"Always remember to slow down in life;
live, breath, and learn;
take a look around you whenever you have time
and never forget everything
and every person that has the least place within your heart."