Hancurnya diriku,
jatuhnya rasaku,
hilang mungkin harapku,
pupus barangkali anganku,
saat ku tahu kau buka kotak perhiasan terindah,
yang telah lama anggapku,
kau tutup dengan sadarmu
Ku tahu mungkin,
bukanku yang kau pilih untuk kau bagi hati,
namun hanya dengan melihatmu,
ku tentram, ku bahagia,
jangan kau tanya mengapa,
aku pun tak punya jawabannya
Saat itu,
saat kau mulai menjaga mahkotamu,
dengan beberapa helai kapas,
betapa ku tak bisa menolak lompatan kegembiraan,
karena ku selalu begitu,
tiap kali ada makhluk indah sepertimu,
yang sepertimu
Sirna ku dalam kesedihan,
lenyap ku dalam kegalauan,
namun apa yang dapat ku kata,
apa yang bisa ku buat,
aku tahu kau,
kau tak mudah mengubah hati,
hatimu pun tak mudah diubah,
ku hanya pasrah
Ku pikir ku bisa terima,
namun yang terjadi,
saat ku melihatmu,
tak sanggup ku menatapmu,
meski dari jauh,
tak seperti biasanya,
aku tak mengenalimu
tak pun mengenalmu
Maaf aku tak mau membahas ini,
tidak denganmu,
tidak dengan siapa pun,
karena ku tak ingin pikiran burukku tentangmu,
membayang kembali,
merasuk ke dalam benakku,
cukuplah ini menjadi guratan tinta di masa lalu,
yang di kemudian hari,
tawa kecil tertembak dari bibirku saat ku temukan kembali guratan ini
Ku hanya berharap,
s’lalu yang terbaik untukmu,
dan ku,
tetap jadi yang terbaik untukmu
~ameth~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar